A.
Latar belakang
Sejarah
kedatangan Islam di Eropa dimulai dari semenajung Iberia ( sekarang merupakan sebagian besar wilayah Spanyol dan
sebagian kecil wilayah Portugal) yang terjadi
pada abad ke-7 M. Proses islamisasi di Eropa berjalan dalam beberapa
gelombang dan tentunya mengalami pasang surut. Salah satu gelombang
terbesar terjadi setelah perang dunia II
berakhir, yang mana saat itu banyak orang muslim yang bekerja di negeri bekas
penjajah mereka. Kini Islam telah menjadi fenomena umum di Eropa. Generasi baru
muslim yag lahir dan dewasa di benua ini pun telah terbentuk. Lambat laun pun islamisasi
juga terjadi di kalangan pribumi/ penduduk asli.
Dalam perkembangannya kaum muslim di Eropa menghadapi berbagai masalah yag muncul sebagai akibat dari interaksi mereka dengan mayoritas pemeritahan non-muslim, serta hubungan mereka dengan negara masing-masing.
Dalam perkembangannya kaum muslim di Eropa menghadapi berbagai masalah yag muncul sebagai akibat dari interaksi mereka dengan mayoritas pemeritahan non-muslim, serta hubungan mereka dengan negara masing-masing.
Tulisan ini
secara singkat akan memberi gambaran mengenai kaum muslim yang tinggal di Belanda,
yamg mana teah kita ketahui bahwa komuitas muslim yang ada di Belanda merupakan
komunitas generasi muslim baru, yaitu mereka yang datang setelah perang dunia
II berakhir yang dalam perkembangannya mulai mucul geliat peningkatan baik
kuantitas dan kualitasnya.
B.
Rumusan masalah
1)
Bagaimaa
sejarah dan perkembangan muslim di belanda?
2)
Bagaimana
bagaimana potret kehidupan minoritas muslim di Belanda?
3)
Apa
problem dan tantangan yang dihadapi kaum muslim di Belanda?
Pembahasan
A.
Masuknya Islam di Belanda
1.
Sejarah dan perkembangan muslim di Belanda
Menurut
Iik Arifin Mansurnoor, setidakya ada dua hal pokok proses masyarakat muslim menjadi
minoritas. Pertama, karena migrasi ke negeri dan kawasan yang telah
memiliki pemerintahan dan sistem nasional yang kokoh, dan kedua, karena
perubahan dan perkembangan geografis dan politik.[1]
dari dua hal pokok di atas, maka faktor yang releven dalam membentuk minoritas
muslim di Belanda ialah faktor yang pertama.
Kita
tidak dapat memungkiri bahwa Islam masuk dan berkembang di Belanda akibat adanya
gelombang imigrasi orang Islam setelah perang dunia II. Para imigran yang
pertama masuk ke Belanda berasal dari Indonesia pada tahun 1945, yakni orang Maluku
yang sebelumya bekerja sebagai tentara di Hindia Belanda.[2]
ada yang menyebut bahwa orang-orang mauku tersebut dating dan tinggal di
Belanda pada tahun 1951, tujuh tahun setelah kemerdekaan Indonesia. [3]Setidaknya
ada sekitar 1000 orang diantara mereka yang beragama Islam. Jumlah imigran
muslim yang lebih besar di Belanda berasal dari Suriname. Sejaka tahun 1960-an.
Migrasi para pekerja dari suriname ini mulai meningkat bahkan mecapai 5.500 orang pada tahun 1970.
Dan pada awal 1980-an, kaum muslim asal Suriname diperkirakan mencapai 30.000 orang. Gelombang
imigrasi berikutnya berlangsung dengan ditandatanganinya perjanjian bilateral
antara pemeritah Belanda dan Turki ( 1964), Maroko( 1969), dan Tunisia ( 1970).
Gelombang ini terus berlangsung sehingga pemerintah Belanda menghentikannya.[4]
Berkaitan dengan masuknya imigran dari Turki dan Maroko, proses ini terjadi
disebabkan terjadinya peningkatan/surplus lapangan pekerjaan yang merupakan
dampak dari berlangsungnya pertumbuhan ekonomi di Belanda pada tahun 1960-an. Hal
inilah yang membuat pemerintah Belanda merekrut/memperkerjakan tenaga asing,
dalam hal ini orang-orang dari Turki dan Maroko. Proses ini berlangsung sampai
tahun 1974, dimana pemerintah Belanda secara resmi menghentikan perekrutan
tersebut. Meskipun demikian, pada kenyataannya proses migrasi dari dua negara
ini masih berlangsung, karena mereka yang bermigrasi atas ajakan keluarga
mereka yang telah tinggal di Belanda.[5]
2.
Populasi kaum muslim di Belanda
Populasi
umat Islam di Belanda pada tahun 1997 mencapai 4% dari pupulasi masyarakat
Belanda secara keseluruhan. Jumlah terbanyak berasal dari Turki (270.000), Maroko ( 225.000), dan Suriname ( 50.000),
sedangkan sisanya berasal dari negara-negara muslim lainnya. Untuk yang
terakhir ini kebanyakan adalah mereka yang statusnya sebagai pengungsi yang
dating dari Iran, Irak, Somalia, Etiopia, Mesir, Afganistan, dan negara-negara bekas Uni Soviet dan
Bosnia. Mayoritas muslim di Belanda adalah Sunni, meskipun terdapat beberapa
orang Alawiah di antara komunitas orang-orang Turki.[6]
Peningkatan populasi umat Islam tetap berlangsung sampai dengan permulaan abad
ke-21, bahkan pada tahun 2010 umat Islam di Belanda mencapai 1 juta dari 16
juta penduduk Belanda.[7]
Jumlah
muslim yang mengalami peningkatan setiap tahunnya hanya tersebar dan terpusat
di beberapa kota besar saja seperti Amsterdam, Rotterdam, Haggue, dan Utrecht.[8]
Peningkatan jumlah muslim yang begitu besar ini, tentunya ada faktor-fakor yang
melatar belakanginya, diantaranya ialah:
1.
Meningkatnya
jumlah imigran muslim yang datang ke Belanda, terutama di abad ke -20[9]
2.
Banyaknya
yayasan-yayasan agama umat Nasrani yang tutup atau mejual aset-aset mereka lantaran
kian merosotnya jumlah jamaah mereka. Fenomena ini didasari atas anggapan mereka bahwa efek dari gereja-gereja
pada masyarakat Belanda pada umumya mengalami kemunduran yang cukup signifikan
terutama di Amsterdam.
3.
Kecenderungan
kaum muslim untuk memiliki banyak anak[10]
B.
Potret kehidupan minoritas muslim di Belanda
1.
Persamaan hak dan kebebasan beragama
Belanda
adalah negara yang berprinsip bahwa setiap warganya memiliki persamaan hak
tidak membedakan-bedakan baik dari suku,
ras, agama dan kepercayaan, sehingga diskriminasi yang berdasarkan hal-hal di
atas tidak dibenarkan oleh Negara Kincir Angin ini. Setiap warga
negaranya memiliki hak dan kewajiban yang sama seperti membayar pajak, mengirim
anak untuk belajar ke sekolah dan lain sebagainya. Dalam kasus imigraan, mereka
yang telah mendapatkan kewarganegaran Belanda,[11]
memiliki dua hak sekaligus, yaitu memberi suara dalam pemilihan dan menjadi
orang yang akan dipilih dalam pemilihan. Dalam kenyataannya lebih dari seratus
orang yang menjadi dewan penasehat kotapraja yang berasal dari kalangan muslim.
Dalam
partisipasinya di dunia perpolitikan/pemerintahan. Komunitas muslim menancapkan
eksistensinya dalam tataran pemerintahan Belanda dengan dipilihnya Ahmad
Aboutaleb menjadi wali kota Rottterdam pada tahun 2008, dan diplilihnya Ayan
Hirsi Ali dalam kursi parlemen pada tahun 2006[12]
Sisi
lain yang perlu disebutkan pula ialah kebebasan beragama. Pemerintah Belanda
meyakini bahwa agama merupakan hak dasar bagi setiap warganya. Sehingga setiap
orang di sana bebas untuk menentukan agama dan keyakinannya selama tidak
menimbulkan kegaduan atau menggangu ketertiban umum. Di Belanda sendiri ada
pemisahan antara Negara dan gereja. Negara tidak ikut campur masalah-masalah
internal keagamaan dan begitu pula sebaliknya. Setidaknya terdapat 300 masjid
di Belanda ( 175 dibangun oleh orang Turki, 100 oleh orang Maroko, dan 20 oleh
orang Suriname). Pemakaman islam pun telah terbangun di berbagai tempat. Sampai
tahun 1980 an, pemerintah Belanda menyediakan dana bantuan untuk gereja dan
masjid, namun pada akhirnya dana subsidi yang diberikan kepada gereja
diberhentikan karena dianggap melanggar prinsip “pemisahan antara gereja dan
Negara”, sehingga dananya diperuntukan untuk asosiasi Muslim dalam rangka
mendukung usaha mereka yang secara aktif dalam mengintegrarsikan muslim ke
dalam masyarakat Belanda.[13]
2.
Partai politik dan keorganisasian
Perlu
juga disebutka bahwa erdapat beberapa partai Islam local ag ada di Belanda,
diataranya ialah NMP ( Netherlands Muslim Party/Partai Muslim Belanda) dan ID (
Islamic Democrats/ Demokrasi Islam). NMP didanai dan didirikan oleh Henny
Kreeft, seorang muallaf Belanda, pada tahun 2007. Dalam sepak terjangnya,
partai ini belum sukses dalam mendapatkan kursi di parlemen. Sedangkan ID
mendapatkan satu kursi di dewan kotapraja local pada yahun 2006. Partai ini
diwakili oleh A. Khoulani, seorang keturunan Maroko-Belanda. dalam kenyataanya
kedua partai Islam ini tidak ada usaha untuk merger/ menjadi satu.
Organisasi
muslim yang ada di Belanda cukup beragam, mewakili komunitas dan golongan
masing-masing. Pertama, CMO ( Contactorgaan Moslems en de Overheid) yang
secara resmi dikedeklarasikan pada 2004. CMO sendiri memiliki anggota lebih
dari 500.000 yang mayoritas Sunni termasuk juga di dalamnya oraganisasi Milla
Gorus, Diyanet, Union of Maroccan Mosques dan Surinam World Islamic Mission. Kedua,
CGI ( Contact Groep Islam) didirikan tahun 2005, memiliki anggota sekitar
115.000 dengan latar belakang Alawiyah, Ahymadiyah Lahore, Syiah daan Sunni. Kedua organisasi ini
mendapat bantuan dana dari pemerintahan dalam usahanya untuk mengintegrasikan
muslim ke dalam masyarakat Belanda. namun keduanya pula sering memiliki
perbedaan persepsi mengenai isu kebijakan.[14]
3.
Pendidikan keislaman ( Islamic Education)
Di Belanda terdapat 37 sekolah dasar
Islam yang semuanya terpusatkan di Roterdam, yang mana program tersebut telah
dimulai sejak tahun 2000. Program ini dideklarasikan dan didanai oleh
pemerintah sehingga kurikulumnya mengacu pada kurikulum pemerintah, hanya saja
dialokasikan dalam setiap minggunya waktu untuk pendidikan agama dan ritual
Ibadah.
Pemerintahan Turki dan Maroko
memberi pengaruh yang positif terhadap pendidikan Islam di Bealnda. Turki
mengirim 140 imam yang ditempatkan pada 140 masjid Turki. untuk menghilangkan
kekhawatiran pemerintah Belanda akan terhalangnya proses integasi, pemerintah
mensyaratkan semua imam mengikuti program training integrasi selama satu tahun,
sebelum merek terjun ke masjid-masjid.
Fenomena baru yang sedang muncul
ialah, pendirian Institut keislaman yang didirikan oleh organisasi keislaman
bekerja sama dengan universitas yang ada, seperti yang didirikan pada tahun
2005, dan program yang dilaksanakan di Unversitas Free di Amsterdam yang
bertujuan untuk mendidik para Imam. Selain itu ada juga Islamic University of
Rotterdam ( IUR) dan Islamic University of Europen di Schiedam. Keduanya
dibiayai secara mandiri.
4.
Ibadah
dan tradisi keislaman
Banyak
perusahaan Belanda yang mengakomodasi para karyawan muslimnya dengan cara
mengganti beban kerja dan waktunya selama bulan Ramadhan. Sebagai gantinya
mereka disiapkan untuk bekerja di hari libur bagi tradisi Barat tiba, seperti
libur Natal dan Tahun Baru, selain itu pemerintah local juga menawarkan kaum
muslim untuk membuat seruan untuk sholat sekali dalam seminggu atau lebih. Dan
banyak perusahaan yang menyediakan ruangan untuk sholat dan kantin yang
menyediakan makanan halal bagi kaum muslim.
Pemakaian
cadar adalah hal yang sudah umum di unversitas dan sekolah negeri. Secara umum
universitas dan sekolah yang ada di Belanda tidak mendasarkan lembaganya pada
satu ideology keagamaan, tetapi secara pribadi sekolah diwajibkan untuk
melarang pemakain cadar di bawah peraturan sekolah mereka.
Ada
satu hal yang menarik pula untuk diungkap, yaitu mulai didirikannya dewan
dakwah/ juru dakwah yang didukung oleh pemerintah Belanda. kita ketahui bahwa
Belanda mensejajarkan semua agama yang ada di negaranya, maka ia meyakini bahwa
mereka yang bekerja di barisan tentara dan mereka yang tertahan di dalam penjara
harus menerima kedatangan juru dakwah sesuai dengan kepercayaannya. Dalam
komunsitas Islam, Imamlah yang mengkordinir para juru dakwah yang akan memberi
pencerahan bagi mereka.
C.
Masalah dan tantangan yang dihadapi minoritas muslim di Belanda
Problem-problem yang dihadapi minoritas minoritas muslim di
Belanda, diantarnya:
1.
Adanya
resesi ekonomi pada tahun 1973-1974 yang mendorog pemerintah Belanda untuk
membatasi hak-hak pekerja imigran[15]
2.
Tindakan
rasis dan diskriminasi dari para penduduk asli Belanda yang non muslim
3.
Cukup
banyaknya jumlah pengangguran dari para imigran, khususnya dari Maroko dan
Turki. Perbandingan yang ada di tahun 2002, jumlah pengangguran dari warga
Negara Belanda Asli mencapai 9%, 27%
dari imigran Maroko dan 21% dari imigran Turki.
4.
Mengenai
pendapatan yang rendah, perbandingannya
warga asli Belanda ada sekitar 11%,, 67% dari komunitas Turki, dan 86% dari
kalangan Maroko.
5.
Rata-rata
pendapatan rumah tangga setiap tahunnya, penduduk asli Belanda mendapat 20.000 uero/ tahun, 13.000 euro/tahun untuk
Maroko dan 13.600 euro/tahun untuk komunitas Turki.[16]
Adapun
tatangan-tantangan ang dihadapi minoritas muslim di Belanda, yaitu:
1.
Tantangan
terbesar datang dari Anti-Islam yang dipelopori oleh Geert Wilders. Ia
merupakan tokoh yang benci terhadap Islam. Bahkan ia mengatakan “ I don’t hate
muslim. I hate Islam”. Menurutnya Islam bukan lah sebuah agama melainkan sebuah
ideologi tradisi yang tebelakang. Bahkan ia menyamakan Islam denga Mein
Kampf-nya Hitler.[17]banyak
maneuver yang dilakukan oleh orang ini dalam menentang Islam, baik dengan media
masa, karikatur nabi, maupun film Nabi.
2.
Isu
terorisme dan immigrasi di kalangan muslim Belanda
3.
Bias
dan Diskriminasi.
4.
Persepsi
publik terhadap Islam.[18]
Kesimpulan
Islam telah ada
di belanda sejak adanya kaum imigran muslim yang datang setelah perang dunia II
berakhir. Kaum imigran ini setiap tahunnya meningkat sehingga dapat membentuk
komunitas sendiri. Peingkatan jumlah umat Islam tidak lepas dari beberapa
faktor yang melatar belakanginya. Hal ini menujukkan bahwa Islam akan terus
berkembang ke berbagai kawasan di dunia ini, karena konsep untuk berdakwah/
menyebarkan Islam telah tertanam dalam diri para muslimnya. Tantangan umat muslim
ialah bagaimana mengadirkan Islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin,
sehingga mengubah anggapa buruk negara non muslim khususnya Barat, tentang
agama Islam yang dikenal sebagai agama teroris dan stigma buruk lainnya.
Daftar
pustaka
Abdullah,
Taufiq, dkk .Ensiklopedi Tematis Dunia Islam jilid 6. Jakarta: PT
Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002.
Kettani, M.
Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini. Ter. Zarkowi soejoeti. PT
Grafindo Persada, 2005.
www.
Dakwatuna.com
www.
Wikipedia.com
www.
Republika.co.id
www. Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
www. Reuters.com
www. Quip-deds.nl/archief/culture/islam in netherland.html#to
[1]Taufiq
Abdullah, dkk .Ensiklopedi Tematis Dunia Islam jilid 6. (Jakarta:
PT Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002). hlm 457.
[2] Ibid, hlm. 286
[3] www.
Quip-deds.nl/archief/culture/islam in netherland.html#to
[4] Abdullah, dkk,
Ensiklopedi, hlm. 286.
[5] www.
Quip-deds.nl/archief/culture/islam in netherland.html#to
[6] www. Quip-deds.nl/archief/culture/islam
in netherland.html#to
[7] www.
Republika.co.id
[8] www.
Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
[9] Terkait dengan
meningkatnya jumlah imigran muslim yang datang ke belanda disebabka adanya dua
hal, yaitu (1) mulai pudar dan hilagnya dikotomi dar al-harb dan dar al-islam,
(2)timbulnya kesadaran umat islam bahwa Barat telah melampaui dunia islam ,
terutama dalam hal ilmu pengetahua dan teknologi. Abdullah, dkk, Ensiklopedi,
hlm. 273.
[10] www.
Wikipedia.com
[11] Untuk menjadi warga
Negara Belanda minimal ia telah menetap di belanda selama 5 tahun.
[12] www.
Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
[13] www.
Quip-deds.nl/archief/culture/islam in netherland.html#to
[14] www.
Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
[15]Abdullah,
dkk, Ensiklopedi, hlm. 287.
[16]
www. Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
[17]
www. Reuters.com
[18]
www. Euro-islam.info/country-profiles/the netherland/#
0 komentar:
Posting Komentar