A. Munculnya
Marxisme
Ideologi Marxisme muncul dari kreativitas pemikir Karl Marx dan Frederick
Engels, yang sangat setia menjembatani teori materialis Marxis dengan saintis.
Dari perspektif falsafi, pijakan pemikiran marxisme berdiri di atas materialis
ateistik, ketidak percayaan akan adanya tuhan, kontradiksi dengan yang diyakini
oleh agamawan.
Dalam pandangan
Marxis, materi adalah tuhan itu sendiri, tiada yang mempunyai kekuatan dalam
penciptaan kecuali materi, Marxisme adalah Materialisme. Maksudnya,
Marxisme dimulai dengan ide bahwa materi adalah esensi dari semua realitas, dan
materilah yang membentuk akal, bukan sebaliknya. Kesemuanya itu sangat
terpengaruh oleh ideologi Hegel dan juga Feurbach.
Dari adopsi keduanya mengasilkan produk marxisme komunis yang berdiri di atas teori pokok materialis dialektik yang menyatakan bahwa, materi lebih dulu ada dari akal supranatural. Hanya materilah yang merupakan esensi awal pencipta dari segenap wujud, kemudian berevolusi menggunakan teori hukum dialektika internal menuju kehidupan nabati, berevolusi lagi menuju kehidupan hewani, kemudian insani dan, pada akhirnya menciptakan karya terbesar yang mampu membedakan manusia dengan wujud lain, terciptalah logika. Bermula dari materi dan berhenti pada titik ahir logika untuk saat ini.
Dari adopsi keduanya mengasilkan produk marxisme komunis yang berdiri di atas teori pokok materialis dialektik yang menyatakan bahwa, materi lebih dulu ada dari akal supranatural. Hanya materilah yang merupakan esensi awal pencipta dari segenap wujud, kemudian berevolusi menggunakan teori hukum dialektika internal menuju kehidupan nabati, berevolusi lagi menuju kehidupan hewani, kemudian insani dan, pada akhirnya menciptakan karya terbesar yang mampu membedakan manusia dengan wujud lain, terciptalah logika. Bermula dari materi dan berhenti pada titik ahir logika untuk saat ini.
Bukan hanya
dari falsafi pendahulu teori Marxis muncul, lebih dari itu bahkan dalam sudut
pandang materialis, penafsiran akan sejarah peradaban manusia merupakan danpak
dari ekonomi material dan menghasilkan sengketa konflik dua realita sosial,
masarakat borjuis dan proletarian. Pada umumnya Marxisme muncul mengambil
bentuk dari tiga akar pokok, Salah satu dari akar itu ialah analisis Marx
tentang politik Prancis, khususnya revolusi borjuis di Prancis tahun 1790-an, dan perjuangan-perjuangan kelas berikutnya
diawal abad ke-19. Akar lain dari Marxisme adalah apa yang disebut ‘ekonomi
Inggris’, yaitu analisis Marx tentang sistem kapitalis seperti yang berkembang
di Inggris. Akar ketiga dari Marxisme, yang menurut catatan sejarahnya
merupakan titik permulaan Marxisme, adalah ‘filsafat Jerman’. Dari analisa Marx
menyatakan bahwa “Bukan kesadaran sosial yang menentukan kenyataan sosial,
melainkan kenyataan sosial yang menentukan kesadaran.” Senada dengan yang
dikatakan Angels “Pikiran tidak menciptakan materi, namun materilah yang
menciptakan pikiran.” Makanya untuk mengerti dan mendefinisikan sebuah
filfasat, teori ataupun ideologi, menurut Marxis perlu menganalisis “kenyataan
sosial” yang merupakan dasar filsafat tersebut. Marxisme mewakili pertentangan
yang sistematis dan fundamental dengan idealisme dalam
segala bentuknya, dan perkembangan Marxisme mencerminkan suatu pemahaman
materialis tentang apa yang tengah terjadi dalam realitas (kenyataan). Jelasnya
Marxis terlahir sebagai wujud pembelaan pada kaum buruh yang tertindas
kapitaslis.
Dengan demikian,
Marxisme adalah teori untuk seluruh kelas buruh secara utuh, independen dari
kepentingan jangka pendek dari berbagai golongan sektoral, nasional, dll. Atau
dengan kata lain Marxisme terlahir dari perlawanan dan perjuangan kelas buruh
melawan sistem kapitalis, dan juga mewujudkan opsesi kemenangan gerakan
sosialis. Maka Marxisme bertentangan dengan oportunisme politik, yang justru
mengorbankan kepentingan umum seluruh kelas buruh demi tuntutan sektoral
dan/atau jangka pendek.
B. Materi Dalam
Tinjauan Marxisme
Membahas
Marxisme tidak luput dari pembahasan materi, karena ideologi Marxisme itu
sendiri berdiri di atas teori Materialisme dialektika dan Materialisme
historis. Kesemuanya itu dapat terangkum dari beberapa poin penting; Pertama:
materi lebih dulu ada dari pada ruh spiritual atau logika. Materi yang
menciptakan pikiran dan segala sesuatu yang dikatakan berasal dari pikiran
(misalnya ide-ide tentang seni, hukum, politik, moralitas, dan sebagainya
bahkan agama), hal-hal ini pada kenyataannya berasal dari dunia material.
‘Akal’, yaitu pikiran dan proses berpikir, adalah sebuah produk dari otak; dan
otak itu sendiri, yang berarti juga ide-ide, muncul pada suatu tahap tertentu
dari perkembangan materi hidup. Jadi, akal adalah produk dari dunia material, hal ini jelas kontaradiksi dengan aliran idealisme. Kedua: tatasurya bukan merupakan kreasi cipta
tuhan. Maka tiada kata tuhan pencipta alam dalam kamus materialis. Ketiga: alam
semesta tidak memerlukan kekuatan keluar dari kebiasaan alam dan kekuatan yang
mengaturnya di luar alam itu sendiri, dengan begitu, alam materi mengatur
dirinya sendiri melalui proses revolusi tanpa henti, proses ini tertuang dengan
hukum-hukum alam saintis empiris. Dan proses evolusi ini juga terjadi pada
tatanan sosial masyarakat.
Lantas adakah
perbedaan antara Materialisme Marxisme dengan teori Materialis klasik
“hylozois” (dari bahasa Yunani, yang berarti “mereka yang percaya bahwa materi
itu hidup)? Pernyataan penting yang diajukan oleh para Marxisme bahwa,
Materialisme Marxis barbeda jauh dengan bentuk Materialisme klasik. Marx dan
Engels sendiri memberikan catatan kesalahan pada ideologi material klasik. Pertama:
teori Materialisme klasik tidak berlandaskan kebenaran ilmu kimia dan biologi. Kedua:
teori revolusi klasik tidak manembus dimensi hidup secara total, namun
hanya mencakup dalam proses revolusi materi belaka. Ketiga: paham
Materialisme klasik tidak memahami manusia sebagai kumpulan dari hasil hubungan
sosial, akan tetapi memahaminya sebatas pemahaman yang abstrak, dan tidak
obyektif.
1.
Dialektika Materialis
Para
Materialisme Marxis berupaya keras untuk menemukan dalil logika, guna
memperkuat pemahaman yang menjelaskan kenyataan bahwa benda-benda, kehidupan,
dan masyarakat, berada dalam keadaan bergerak dan perubahan yang konstan. Dan
bentuk logika itu, tentu saja adalah dialektika. Dalam
istilah Marx, dialektika diartikan sebagai ilmu hukum pergerakan, baik di alam
realitas empiris, ataupun dalam ide pikiran manusiawi. Bisa diartikan
dialektika secara sederhana adalah logika gerak, atau logika pemahaman umum
dari para aktivis dalam gerakan.
Kandungan dari
hukum dialektika itu sendiri tersusun dari tiga hal, secara singkat adalah:
Hukum ini
menyatakan bahwa proses-proses perubahan –gerak di alam semesta– tidaklah
perlahan (gradual), dan juga tidak setara. Periode-periode perubahan yang
relatif gradual atau perubahan kecil selalu diselingi dengan periode-periode
perubahan yang sangat cepat –perubahan semacam ini tidak bisa diukur dengan
kuantitas, melainkan hanya bisa diukur dengan kualitas. Penjelasan rinci yang
dimaksudkan dalam teori revolusi kuantitas menjadi kualitas adalah bahwa dalam
materi dengan suatu cara yang secara tepat ditetapkan untuk setiap kasus
individual, perubahan-perubahan kualitatif hanya dapat terjadi oleh penambahan
kuantitatif atau pengurangan kuantitatif dari materi atau gerak (yang dinamakan
energi). Masing-masing materi yang kapasitas kualitatifnya berbeda,
berlandaskan pada perbedaan-perbedaan komposisi (susunan) kimiawi atau pada
kuantitas- kuantitas atau bentuk-bentuk gerak (energi) yang berbeda-beda atau
hampir pada kedua-duanya (kualitatif dan kualitatif). Oleh karena itu tidak
memunginkan mengadakan perubahan kualitas suatu materi kecuali menambah/mengurangi
materi atau gerak, yaitu tanpa perubahan sesuatu yang bersangkutan itu secara
kuantitatif. Sebagai contoh temperatur suhu air,
pertama-tama sesuatu yang tidak ada artinya dalam hubungan likuiditasnya,
betapapun dengan peningkatan atau pengurangan suhu air cair (hanya perubahan
kuantitatif), akan tetapi ada suatu titik di mana keadaan kohesi ini berubah
dan air itu diubah menjadi uap atau es(perubahan ke
kualititatif).
Bukan hanya
saintis dialektika digunakan, namun Marxisme menggunakan teori logika ini lebih
luas lagi, perkembangan species pun menggunakan teori ini di mata mereka,
sampai-sampai teori ini menjadi motor dalam benak yang merubah kondisi
masyarakat dari sistem yang terbelakang (kacau balau) menuju sistem sosialis,
revolusionis. seperti peralihan dari sistem feodal menuju kapital, dan dari
kapitalis menuju sosialis.
Teori hukum
dialektika yang satu ini secara cukup sederhana bisa diartikan bahwasannya
proses-proses perubahan revolusi terjadi karena adanya kontradiksi-kontradiksi– karena konflik-konflik yang terjadi di antara
elemen-elemen yang berbeda, yang melekat dalam semua proses alam materi maupun
sosial. Yang dimaksud
kontradiktisi dalam pendangan Marxis terbagi menjadi tiga hal. Pertama: kontradiktif
dalam satu hukum. Mustahil dua hal yang berlawanan sama-sama benar dan sama
bohong dalam satu tempat dan waktu. Oleh karena itu hanya satu dari
kontradiktisi itu yang dibenarkan, dan yang lain disalahkan (bohong). Saya
ateis dan saya juga bukan ateis. Kedua: kontradiksi internal,
kontradiksi terjadi antara satu komponen dengan komponen yang lain dalam satu
perangkat kesatuan. Lenin mancontohkan dengan kutub selatan dan utara pada gaya
hukum magnetik. Atau min-plus pada arus listrik. Ketiga:
kontradiksi eksternal. Maksudnya perbedaan antara sesuatu dengan yang lain
memiliki perbedaan hakekat. Seperti matahari dan tumbuhan.
Dua bentuk kontradiksi di atas (internal dan ekternal) memainkan peran yang
sangat penting dalam perjalanan teori revolusi. Tipe kedua dikatakan primer dan
yang ketiga dikatakan sekunder.
Sebagai contoh
dari hukum interpenetration of opposites adalah energi elektromagnetik,
menjadi bergerak akibat dorongan positif dan negatif atas satu sama lain,
eksistensi kutub utara dan kutub selatan. Hal-hal ini tidak bisa eksis secara
terpisah (sendiri-sendiri). Mereka eksis dan beroperasi justru akibat
kekuatan-kekuatan yang bertentangan satu sama lain (- dan +) yang ada dalam
sistem. Hal yang serupa bahwa setiap masyarakat saat ini terdiri atas
elemen-elemen berbeda yang bertentangan, yang bergabung bersama dalam satu
sistem, yang membuat mustahil bagi masyarakat apapun, di negeri manapun untuk
tetap stabil dan tak berubah. Metode dialektis hukum ke dua ini
mengidentifikasi (mengenali) kontradiksi-kontradiksi ini dan dengan demikian
berarti mempelajari serta menyingkap secara mendalam perubahan internal yang
sedang terjadi. Beda halnya dengan hukum pertama yang
menyingkap tentang rahasia peralihan kualitatif pada sesuatu.
c.
Hukum
negasi dari negasi.
‘Negasi’ dalam
hal ini secara sederhana berarti gugurnya sesuatu, kematian suatu benda karena
ia bertransformasi (berubah) menjadi benda yang lain. Sebagai contoh,
perkembangan masyarakat kelas dalam sejarah kemanusiaan menunjukkan negasi
(gugurnya) masyarakat sebelumnya yang tanpa-kelas. Jadi, hukum negasi dari
negasi secara sederhana menyatakan bahwa seiring munculnya suatu sistem
(menjadi ada/eksis) baru, maka ia akan memaksa sistem lainnya yang lama untuk
sirna (mati) digantikan oleh sistem yang baru tersebut. Tetapi, ini bukan
berarti bahwa sistem yang kedua (yang baru) ini bersifat permanen atau tak bisa
berubah. Sistem yang kedua itu sendiri, menjadi ter-negasi-kan akibat
perkembangan-perkembangan lebih lanjut dan proses-proses perubahan dalam
masyarakat. Urgensi pentingnya hukum ini adalah mampu menciptakan
dan menafsirkan perubahan bentuk ke yang lebih baik, dan bentuk inipun tidak
menutup kemungkina akan berubah.
Contoh studi
kasus sosial ekonomi, adanya bentuk sistem kapitalis mengharuskan lenyapnya
sistem buruh iduvidual dalam
penguasaan pengaturan produksi. Berkuasanya kapitalis manghilangkan kepemilikan
kaum buruh kecil. Kemudian datang sosialis memberangus pengusaan kapitalis dalam
perindustrian dan mengembalikan pengaturan produksi pada kaum buruh dalam
bentuk kolektip, bukan
kepemilikan secara perindividu.
Tiga hukum
dialektika ini telah memberikan pengaruh besar pada gerakan Marxisme dan
kemudian menjelma dalam cakupan besar, skala negara, untuk dijadikan landasan
dalam keputusan publik.
2.
Historis Materialis
Yang di
maksudkan oleh Marxisme di sini adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang
sosial masyarakat secara menyeluruh sebagai impelementasi dari wujud pergerakan
materi. Semua ilmu yang
ada tidak bisa memberikan data informasi sosial secara total menyeluruh, karena
ilmu yang ada hanya menjelaskan bagian-bagian kecil, sesuai dengan disiplin
ilmu masing masing. Sosial masyarakat pun begitu komplek, bukan hanya berdiri
di atas kepentingan sebagian. Oleh karena itu maka membutuhkan satu ilmu yang
mempelajari akan hubungan antar sosial masyarakat, karateristiknya dan bahkan
pergerakan perubahan yang terjadi di dalam masyarakat tersebut. Ilmu ini tidak
lain adalah historical materialism, lebih luas cakupannya dari pada ilmu
sejarah. Sedangkan
posisi dialektika adalah sebagai asas dalam historis materialis ini, untuk
mencari dan memperbaiki tatanan masyarakat. Maka boleh dikatakan bahwa historis
materialis adalah kaki tangan dari dialektika berkaitan dalam interaksinya
dengan sosial, dengannya menganalisa kemudian menetapkan statemen, sebagaimana
langkah Marx untuk para Proletariat harus berjuang melawan kaum kapitalis yang
menghisap dan menindas kaum buruh. Satu-satunya cara untuk memenangkan
perjuangan ini dan membebaskan diri adalah dengan mengalahkan kelas kapitalis
di kancah politik serta merebut alat-alat produksi mereka. Itu hanya mungkin
jika proletariat menciptakan aparatus negara yang baru.
“Kensengsaraan
agamis mengekspresikan kesengsaraan riil sekaligus merupakan protes terhadap
kesengsaraan itu. Agama adalah keluhan para makhluk tertindas, jantung-hati
sebuah dunia tanpa hati, jiwa untuk keadaan tak berjiwa. Agama menjadi candu
rakyat.” (Karl Marx).
Ada beberapa
hal yang bisa diambil dari apa yang telah Marx sampaikan, bahwa kaum Sosialis
(dalam pandangan Marxisme) bukan berperang malawan agama sebagai tugas utama,
akan tetapi melawan bentun-bentuk sosial yang timpang, dan agama adalah
perwujudan atau potret dari ketimpangan, penindasan sosial itu. Marxisme
berjuang untuk pembebasan sosial, bukan kritik terhadap agama, karena itu
adalah sia-sia bahkan negatif, karena kritik semacam itu hanya mempersulit
penghiburan emosional yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Hilangnya
penindasan, maka agama hilang dengan sendirinya.
Penutup
Pembahsan
marxisme sangat lah luas. Makalah ini hanya menyampaian landasan pijakan teori
falsafi Marxisme saja, dan itupun ala kadarnya, tanpa masuk ke pembahasan
sosial, ekonomi dan politik Marxis. Sangat terbatas dan mungkin kurang pas
bahasa yang digunakan dalam penyampaian. Tidak banyak penulis mengkritisi pada
makalah ini sebagai salam sapa untuk Marx dan para tokoh Marxisme lainnya.
Daftar Pustaka
Suseno, Franz Magnis. 2005.
Pijar-Pijar Filsafat ( Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, dari Adam Muller
ke Post Modernisme).Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
http://id.wikipedia.org/wiki/Marxisme
0 komentar:
Posting Komentar