Senin, 04 Maret 2013

Madzhab Fiqih


Pendahuluan
Dalam perjalanan sejarah fiqh, telah muncul berbagai aliran dalam fiqih ( madzahibul fiqh) baik itu yang bersifat keagamaan ataupun yang bertendensi politik. Begitu pula dalam pola pikir yang dibangun oleh fuqoha juga berbeda, masing-masing aliran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kedua warna ini memberikan aroma tersendiri bagi produk fiqih, meskipun sama-sama bersumber dari al-quran dan as-sunnah. Perbedaan itu terletak pada cara pandang dan analisis terhadap teks ( nash). Namun demikian, perbedaan semacam itu dianggap wajar sebagai khazanah pemikiran dalam fiqh, karena bebagai factor yang mempengaruhinya.
Sejarah mencatat bahwa adanya aliran-aliran dalam fiqih ( madzhab fiqh) yang  muncul pada periode kemajuan islam I ( 700-1000 M) tidak terlepas dari masa sebelumnya, yaitu masa  sahabat dan tabiin, terutama yang terakhir  yang ditandai dengan munculnya dua aliran besar  dalam fiqih, yaitu ahlu hadits dan ahl ar-ra’yi. Dalam perkembangannya kedua aliran tersebut mempengaruhi corak pemikiran madzhab yang muncul setelahnya.


Pembahasan
1.    Pengertian madzhab
Kata madzhab dalam bahasa arab secara etimologi memiliki beberapa arti. Madzhab bisa berarti pendapat,  teori, ( view, opinion-ra’y, wa al-nazariyah), kepercayaan, ideology ( belief, ideology-al-mu’taqad), doktrin, ajaran, paham, aliran ( doctrine, teaching, school- at- ta’lim wa al thariqah).[1]
Pengertian secara terminology ( istilah) adalah jalan pikiran ( pendapat/ paham) yang ditempuh oleh seorang imam mujtahid dalam menerapkan suatu hokum islam dari al-qur’an dan as-sunnah.dengan demikian, bila kata tersebut diletakkan pada nama seseorang, misalnya imam syafi’indonesia, maka yang dimaksud adalah pendapat atau jalan pikiran imam syafi’indonesia tentang suatu masalah hokum yang beliau ambil dan istinbathkan dari al-qur’an dan as-sunnah berdasarkan analisis dan ijtihad beliau.[2]
2.    Terbentuknya fiqih madzhab
Munculnya pemikiran madzhab hokum dalam islam dimulai sejak timbulnya persoalan tentang pemegang otoritas hokum. Weiss membedakan dua tipe otoritas pemikiran hokum dalam islam, yaitu otoritas legislative, dimana Allah sendiri sebagai Syar’i ( pembuat hokum); dan otoritas interpretative  atau deklaratif, yang dalam hal ini dimiliki oleh para ulama ( fuqaha, jurist), sebagai derivasi pemberian otoritas tuhan. Melalui otoritas fuqaha ini muncul berbagai pemikiran hokum (fiqh).
Periode pembentukan madzhab ini dimulai sejak awal abad kedua hijriyah, yakni periode akhir pemerintahan Umayah. Ketika itu pemikiran hokum islam mulai berkembang dari praktek administrative dan popular yang dibentuk oleh ajaran etika dan keagamaan dalam al-qur’an  dan hadits nabi. Peran alqur’an pada tahap awal  ini dapat diterima begitu saja, tetapi peran hadits atau tradisi nabi, telah menjadi bahan perselisihan pendapat di kalangan sarjana ( ulama). Di pusat-pusat utama dunia islam awal, para ulama dan faqih mengembangkan doktrin-doktrin mereka sendiri dengan menggabungkan praktek setempat( ‘urf), al-quran dan pengetahuan mereka tentang hadits nabi, dengan menggunakn pelbagai tingkat penalaran analogis dalam menafsirkan dan menerapkan teks-teks suci.
 Dengan demikian, perbedaan geografis ini memunculkan perbedaan doktrin hokum.[3]
3.    Madzhab-madzhab fiqih dalam islam
a.    Madhab sunni
Sunni sebagai aliran teologis yang yang paling besar dalam dunia islam, menjadikan banyaknya pula madzhab fiqih yang timbul di dalamnya. Namun secara garis besar mazhab-madzhab fiqih yang ada di dalamnya terbagi menjadi dua, yaitu madzhab fikih yang masih eksis, dan madzhab fiqih yang telah lenyap.
Madzhab Fiqih yang Masih Eksis
1)   Madzhab Hanafi
Mazhab ini berkedudukan di Kufah, nama dari mazhab ini diambil dari ulama yang bernama an Nu’man bin Tsabit (80H-150H) dan lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah. Ia berasal dari keturunan Parsi, lahir di Kufah tahun 80H/699M dan wafat di Baghdad tahun 150H/767M. Abu Hanifah menekuni Ilmu Fiqih di Kufah yang pada waktu itu merupakan pusat pertemuan para ulama’ fiqih yang cenderung rasional. Setelah itu, Abu Hanifah pergi ke Hejaz untuk mendalami Fiqih dan hadits sebagai nilai tambah apa yang ia peroleh dari Kuffah.
Abu Hanifah dikenal sebagai ulama’ Ahlul Ra’yi dalam menetapkan hukum Islam, baik yang diistimbatkan dari al Qur’an ataupin hadits, beliau banyak menggunakan nalar. beliau menggutamakan ra’yi daripada khabar ahad. Apabila terdapat hadits yang bertentangan, beliau menetapkan hukaum dengan jalan Qiyas dan Istihsan.
Dalam menetapkan hukum, Abu Hanifah dipengaruhi oleh perkembangan hukum di Kuffah .Di Kuffah kurang perbendaharaan hadits. Di samping itu, Kuffah sebagai kota yang berada di tengah kebudayaan Persia kondisi kemasyarakatannya cukup tinggi. Oleh sebab itu banyak muncul problema kemasyarakatannya yang telah mencapai penetapan hukumnya karena problema itu belum pernah terjadi di zaman Nabi atau sahabat. 
Dalil-dalil yang digunakan oleh mazhab Hanafi dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan urutannya: Al-Qur’an, As-Sunnah, Perkataan Sahabat, Al-Qiyas, Al-Istihsan, Al-Urf. Aliran ini dikembangkan dan disistematikan oleh dua sahabatnya Abu Yusuf ( w.181 H/ 767 M ) dan Muhammad Al-Syaybani ( w. 189 H/ 805 M).
2)   Madzhab Maliki
Nama dari madzhab ini dinisbatkan dari nama seorang ulama bernama Imam Malik bin Annas (93 H-179 H). Dilahirkan di Madinah dan menjadi ahl fiqh yang terkenal di madinah. Dan wafat pada hari Ahad 10 Rabi’ul awal 179H/798M di Madinah.Nama lengkapnya ialah Abu Abdillah Malik ibn Anas ibn Malik ibn Abu Amir ibn Al Harits
Imam Malik dikenal sangat hati-hati, baik dalam memberikan fatwa hukum dalam meriwiyatkan hadits beliau baru memberikan fatwa dan meriwayatkan hadits setelah para gurunya mengakui bahwa beliau ahli dalam bidang fiqih maupun hadits. Adapun pemikiran pemikiran Imam malik dapat dilihat dalam karyanya Al Muwatho’.suatu kitab yang berisi tentang hadis dan fiqih sekaligus.
Imam Malik meninggal dunia pada tahun 179 H di Madinah, setelah mengalami sakit dan dikuburkan di makam al-Baqi’. Dalil-dalil yang di gunakan oleh Mazhab Maliki:Al Qur’an, As-Sunnah, amal ahli madinah ( praktik masyarat Madinah), fatwa sahabat, Al-Qiyas, al- Maslahah Mursalah, Al-Istishan, Adz- Dzari’ah.
3)   Mazhab Syafi’i
Beliau adalah Imam Asy Syafi’I, nama lengkap ulama’ besar ini adalah  Muhammad bin Idris asy Syafi’i yang lahir pada tahun 150 H di daerah Ghazzah. Setelah ayahnya meninggal, ibunya membawa beliau ke Makkah yang merupakan kota leluhurnya. Beliau mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Di Kota Mekkah beliau belajar pada beberapa guru antara lain: Muslim bin Khalid dan Sufyan bin Uyainah,dan belajar kepada Imam Malik di Madinah.
Pengembaraan Imam Syafi’I dalam mencari ilmu belum berhenti di Irak, setelah sebelunya beliau juga menimba ilmu agama di beberapa daerah seperti Mekkah, Madinah dan Yaman. Imam syafi’i terus menetap di mesir sampai beliau meninggal pada tahun 204 H. Beliau meninggalkan banyak karya antara lain: Ar-Risalah, Al-Umm, Al-Hujjah, Al-Imla’, dan Al-Amali. Dalil-dalil yang di gunakan oleh madzab Syfi’I: Al-Qur’an, As-sunnah, Al-ijma’, perkataan sahabat, Al-qiyas, Al-istishab.
4)   Mazhab Hanbali
Nama ulama’ yang namanya di jadikan sebagai nama madzhab ini adalah Imam Ahmad bin Hambal. Beliau lahir pada bulan Robi’ Al-awwal tahun 164 H di Bagdad. Imam Ahmad selain menggeluti hadits-hadist dengan melakukan perjalanan  ke barbagai daerah, juga mendalami ilmu fiqih. Diantara guru-guru beliau adalah Abu yusuf yang merupakan murid ternama imam abu hanifah, serta imam Syafi’i murid imam Malik yang juga merupakan tokoh utama mazhab Syafi’i. Seluruh waktunya beliau curahkan untuk mendalami hadits-hadits Nabi sehingga dari kerja keras beliau lahirlah karya besar yang bernama Musnad bin Hanbal.
Karya besar imam Ahmad tersebut memang dalam bidang hadits, dan dari situ pula beliau du kenal sebagai ahli hadits, namun demikian beliau juga telah melahirkan fatwa-fatwa fiqih dan mempunyai teori-teori kajian fiqh tersendiri, serta memiliki para pengikut yang turut mesosialisasikan fatwa-fatwa maupun teori-teori tersebut hingga terbentuklah mazhab Hanbali. Imam Ahmad meninggal pada tahun 241 H. Dalil-dalil yang di gunakan mazhab hanbali:Al-quran, AS-sunnah, perkataan sahabat, hadits mursal, al-qiyas.
Di masa sekarang ini, Aliran Hanafi dianut di Asia Barat, Mesir Hilir, Pakistan, dan di kalangan orang-orang Islam di India. Aliran Maliki dianut di Afrika Barat, Afrika Utara, dan Mesir Hulu; aliran Syafi’indonesia di Indonesiam, dan aliran Hambali di Arabia Utara dan Tengah.[4]
Madzhab yang telah Lenyap
1)   Mazhab Auza’i
Pendiri Abdurrahman bin Muhammad al Auza’I lahir pada tahun 88 H.Imam al Auza’I ini termasukulama’ yang menentang penggunaan al Qiyas secara berlebihan.Beliau senantiasa mengembalikan furu’ pada hadits Nabi tanpa melakukan kajian al Qiyas. Beliau mengabiskan sebagian hidupnya di Beirut,sampai wafatnya tahun 157 H.Akan tetapi mazhabnya lebih dikenal di Syria,Yordania,dan bahkan sampai Ansalusia atau spanyol.

2)   Mazhab Laitsi
Mazhab ini dikembangkan oleh Imam Laits bin sa’ad yang lahir pada 94 H di Mesir.Dalil- dalil yang digunakan hampir sama dengan para Imam lainnya,hanya beliau tidak sependapat dengan Imam Malik dalam hal penggunaan tradisi masyarat Madinah sebagai dalil dalam menetapkan suatu hukaum.Beliau meninggal pada tahun 175 H.
3)   Mazhab Tsauri
Mazhab ini dikembangkan oleh Imam Sufyan ats Tsauri yang lahir pada tahun 97 H. Imam ats Syauri adlah ulama’ yang hidup semasa Imam Abu Hanifah,akan tetapi mereka punya pandangan yang berbeda dalam penggunaan al qiyas dan al istishan.Beliau wafat pada tahun 161 H.
4)   Mazhab Dhahiri
Mazhab ini di pelopori oleh Dawud bi Ali al Ashbahani lahir pada tahun 202 H.Beliau belajar fiquh dari murid murid Imam asy Syafi’I,oleh karenanya diriwayatkan pada mulanya beliau bermazhab Syafi’I,namun akhirna beliau mengkritik Mazhab Syafi’I tersebut karena menurutnya asy Syafi’I tidak  konsisten menggunakan al qiyas dan Istishan adalah sama.
Kemudian beliau menggunakan cara tersendiri dalam kajian hukumnya,yakni dengan menekankan pada pemahaman Literalis yakni berpegang pada makna harfiyah atau dhahir nash al qur’an maupun as sunnah,oleh karenanya,mazhabnya disebut dengan mazhab dhahiri,hali ini berlainan dengan nama mazhab mazhab lain yang dinisbatkan dengan nama tokohnya,sementara mazhab dhohiri ini dinisbatkan dari metode  kajian hukumnya.
5)   At-tabarry
Pendiri mazhab ini adalah Abu ja’far Muhammad ibn Jarir Ath-Thabary ( 224-310 H), di Baghdad.beliau terkenal sebagai seorang mujtahid, ahli sejarah, dan ahli tafsir. Mula-mulanya beliau mempelajari fiqih as-Syafi’indonesia dan malik serta iqih ulama kuffah, kemudian membentuk mazhab sendiri yang berkembang di Baghdad.
6)   An- nakha’i ( wafat 177 H)

b.   Madzhab Syiah
Di samping madzhab-madzhab ahli sunnah tersebut masih ada lagi madzhab-madzhab syiah  yaitu, madzhab zaidiyah, madzhab syiah dua belas dan madzhab syiah ismailiyyah.  
1.    Mazhab Zaidiyah
Mazhab ini dipelopori oleh Zaid bin Ali Zainal Abidin bin husein bin Ali bin AbiThalib lahir pada tahun 80 H. Dalil dalil yang digunakan untuk menetapkan hukum adalah;Alqur’an,As-Sunnah,Ijma’ Sahabat, Al Qiyas, al istishan, al istishlah.

2.    Syiah Imamiyyah
Golongan ini dinamai itsna ‘asyariyah, karena mereka mengakui imam yang dua belas. Mereka dinamai imamiyyah karena mereka sangat mementingkan soal imamah, dank arena berpendapat bahwa imam ( kepala Negara) adalah orang yang terpelihara dari salah.[5]Dalil yang digunakan dalam penetapan hokum ialah: alqur’an, as-sunnah, dan ijma’.

3.    Syiah ismailiyyah
Golongan ini tidak besar jumlahnya, mereka menolak Musa Al-Kadzin dan mengangkat saudaranya yang tertua Ismail. Mazhab ini lahir di Mesir lalu diikuti oleh khalifah fatimiyah. Fiqih mereka tidak terkenal. Kitab yang mereka pegang teguh, ialah: da’aimul islam, susunan al-qodhi an-nu’man ibn Muhammad at-tamimy ( w. 363 H).[6]

Kesimpulan
Corak pemikiran fiqih yang memiliki ragam budaya tak lepas dari aspek historisnya, sebagai suatu khazanah peradaban Islam yang sangat berhargabagi umat Islam masa yang akan datang.perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu senantiasa memperoleh respons dari para fuqahapada zamannya. Itulah sebabnya fiqih dan perangkat metodologisnya berupaya tampil ke gelanggang kehidupan empiric untuk senantiasa memecahkan persoalan-persoalan keumatan yang dirintis melalui kelembagaan yang disebut madzhab fiqih.

Daftar Pustaka
Rahman, Fazlur. 1984. Islam. ter. Ahsin Muhammad. cet 1. Bandung: Penerbit Pustaka.
Nasution, Harun.2008. Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya Jilid II. cet v. Jakarta: UI- Press.
Ash-shiddieqy, Hasbi.1967. Pengantar Ilmu Fiqih. Jakarta : Penerbit C.V. Mulya.
Tim. 2005. Fiqih & Ushul Fiqh. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.
Arifi, Ahmad. 2010. Pergulatan Pemikiran Fiqih “ Tradisi” Pola Madzhab. cet II. Yogyakarta: Elsaq Press.


[1]Ahmad Arifi. 2010. Pergulatan Pemikiran Fiqih “ Tradisi” Pola Madzhab. cet II. (Yogyakarta: Elsaq Press), hlm.130.
[2] Ibid., hlm. 131.
[3] Ibid., hlm. 139-140.
[4] Fazlur Rahman. 1984. Islam. ter. Ahsin Muhammad. cet 1.( Bandung: Penerbit Pustaka), hlm. 114.
[5]Hasbi  Ash-shiddieqy. 1967. Pengantar Ilmu Fiqih.( Jakarta : Penerbit C.V. Mulya). hlm. 126
[6] Ibid., hlm. 129-130.

0 komentar:

Posting Komentar