Bebicara
mengenai agama, seperti yang dikatakan
Dr. Sindhunata dalam pengantar buku Kala Agama jadi Bencana,[1]bagaikan
berbicara tentang paradoks. Alasannya
ialah di satu sisi agama dialami sebagai jalan dan penjamin keselamatan, cinta
dan perdamaian, akan tetapi di sisi yang lain agama sebagai sumber, penyebab
dan alasan bagi kehancuran dan kemalangan atas umat manusia. Peran paradoksial
ini memiliki koherensi yang sangat kuat dengan adanya dualisme fundamental
antara normatifitas suatu agama dengan historisitanya.[2]